3 Bolehkah tidur diatas sajadah Jika sesuatu yang tidak diketahui hukumnya, maka deikembalikan ke hukum asal, yaitu setiap sesuatu itu mubah atau diperbolehkan, kecuali jika ada sesuatu yang melarang atau mencegahnya, jika sajadah dibuat tidur, maka kalau dimasukkan ke hukum asal tetap boleh-boleh saja. 4. Najis yang dimaafkan
Bagaimana hukum shalat di atas sajadah? Sebagian mengatakan hal itu termasuk bidโ€™ah, apa benar? Dalil Bolehnya Shalat di Atas Sajadah Dalam kitab Al Muntaqo karya Abul Barokat Abdus Salam Ibnu Taimiyah Al Harroni -kakek Ibnu Taimiyah- disebutkan dalam kitab Shalat, yaitu Bab โ€œShalat di Atas Bulu, Karpet dan Alas Lainnya.โ€ Berikut beberapa dalil yang dibawakan oleh Abul Barokat. Dari Ibnu Abbas, ia berkata, ุฃูŽู†ู‘ูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ูŽ ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุนูŽู„ูŽู‰ ุจูุณูŽุงุทู โ€œNabi shallallahu alaihi wa sallam pernah shalat di atas permadani.โ€ HR. Ahmad dan Ibnu Majah Dari Al Mughiroh bin Syuโ€™bah, ia berkata, ูƒูŽุงู†ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ูŠูุตูŽู„ู‘ููŠ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ุญูŽุตููŠุฑู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ุญูŽุตููŠุฑู ูˆูŽุงู„ู’ููŽุฑู’ูˆูŽุฉู ุงู„ู’ู…ูŽุฏู’ุจููˆุบูŽุฉู โ€œRasulullah shallallahu alaihi wa sallam biasa shalat di atas tikar dan kulit yang disamak.โ€ HR. Ahmad dan Abu Daud. Dari Abu Saโ€™id, ia berkata bahwa beliau pernah menemui Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan beliau katakan, ุฏูŽุฎูŽู„ูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ ููŽุฑูŽุฃูŽูŠู’ุชูู‡ู ูŠูุตูŽู„ู‘ููŠ ุนูŽู„ูŽู‰ ุญูŽุตููŠุฑู ูŠูŽุณู’ุฌูุฏู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู โ€œAku melihat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam shalat di atas tikar, beliau sujud di atasnya.โ€ HR. Muslim. Dari Maimunah, ia berkata, ูƒูŽุงู†ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ูŠูุตูŽู„ู‘ููŠ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ุฎูู…ู’ุฑูŽุฉู โ€œRasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah shalat di atas tikar kecil.โ€ Diriwayatkan oleh Al Jamaโ€™ah kecuali Tirmidzi. Namun Tirmidzi meriwayatkan dari Ibnu Abbas. Dari Abu Ad Dardaโ€™, ia berkata, ู…ูŽุง ุฃูุจูŽุงู„ููŠ ู„ูŽูˆู’ ุตูŽู„ู‘ูŽูŠู’ุช ุนูŽู„ูŽู‰ ุฎูŽู…ู’ุณู ุทูŽู†ูŽุงููุณูŽ . โ€œAku tidak memperhatikan seandainya aku shalat di atas permadani yang berlapis lima.โ€ Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Tarikhnya. Asy Syaukani rahimahullah ketika menjelaskan hadits-hadits di atas berkata, โ€œHadits yang telah disebutkan menunjukkan bahwa tidak mengapa shalat di atas sajadah baik sajadah tersebut ada yang sobek, terbuat dari daun kurma atau selain itu, begitu pula sajadah tersebut berukuran kecil seperti khumroh atau berukuran besar seperti hashir dan bisath karena Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah shalat menggunakan alas semacam itu.โ€ Nailul Author, terbitan Dar Ibnul Qayyim, cetakan kedua, 1429 H, 2 511 Asy Syaukani juga mengatakan, โ€œJumhur atau mayoritas ulama berpendapat tidak mengapa shalat dengan menggunakan alas tikar. Kata Tirmidzi, demikian pendapat sebagian ulama.โ€ Idem Insya Allah bahasan di atas masih berlanjut pada bahasan apakah shalat di atas sajadah itu bidโ€™ah. Akan pula dibahas perkataan Ibnu Taimiyah mengenai hal ini. Semoga Allah mudahkan. โ€” Selesai disusun setelah Ashar, 11 Rabiโ€™uts Tsani 1435 di Pesantren Darush Sholihin Akhukum fillah Muhammad Abduh Tuasikal Artikel Ikuti status kami dengan memfollow FB Muhammad Abduh Tuasikal, Fans Page Mengenal Ajaran Islam Lebih Dekat, Twitter RumayshoCom โ€” Bagi Anda yang minat dengan satu paket buku karya Ustadz M. Abduh Tuasikal, silakan pesan melalui Costumer Service/ SMS +62 852 00 171 222 WhatsApp +62 8222 739 9227 Blackberry 2AF1727A, 7A78C851 Kirim format pesan paket bukunama pemesanalamatno HPjumlah paket. Paket tersebut berisi 5 buku terbaru karya beliau 1 Dzikir Pagi Petang Dilengkapi Dzikir Sesudah Shalat dan Sebelum Tidur โ€“ ukuran kecil seharga 2 2- Dzikir Pagi Petang Dilengkapi Dzikir Sesudah Shalat dan Sebelum Tidur โ€“ ukuran besar seharga 3 Mengikuti Ajaran Nabi Bukanlah Teroris edisi revisi seharga 4 Panduan Amal Shalih di Musim Hujan seharga 5 Mengenal Bidโ€™ah Lebih Dekat seharga Info selengkapnya di
Ulamadalam Lajnah Daimah, (5/364) ditanya, "Kebanyak orang mempergunakan karpet di ruangan rumah untuk keindahan. Apakah kalau anak-anak dengan beragam umurnya kencing di karpet cukup disiram air atau tidak untuk membersihkan najis. Karena karpetnya terkadang besar, menempel di lantai atau diatasnya ada lemari besar dan ranjang.
Shalat di Atas Sajadah Bidโ€™ah? Begini Penjelasan Ahli Hadits Dr Zainuddin MZ Lc MA penulis Shalat di Atas Sajadah Bidโ€™ah? Begini Penjelasan Ahli Hadits Dr Zainuddin MZ Lc MA, Direktur Markaz Turats Nabawi Anak kunci Studi Hadits. Pengantar ุงู†ูŽู‘ ุงู„ู’ุญูŽู…ู’ุฏูŽ ู„ู„ู‡ู ู†ูŽุญู’ู…ูŽุฏูู‡ู ูˆูŽ ู†ูŽุณู’ุชูŽุนููŠู’ู†ูู‡ู ูˆูŽ ู†ูŽุณู’ุชูŽุบู’ููุฑูู‡ู ูˆูŽ ู†ูŽุนููˆู’ุฐู ุจูุงู„ู„ู‡ู ู…ูู†ู’ ุดูุฑููˆู’ุฑู ุฃูŽู†ู’ููุณูู†ูŽุง ูˆูŽ ุณูŽูŠูู‘ุขุชู ุฃูŽุนู’ู…ูŽุงู„ูู†ูŽุง ู…ูŽู†ู’ ูŠูŽู‡ู’ุฏูู‡ู ุงู„ู„ู‡ู ููŽู„ุงูŽ ู…ูุถูู„ูŽู‘ ู„ูŽู‡ู ูˆูŽ ู…ูŽู†ู’ ูŠูุถู’ู„ูู„ู’ ููŽู„ุงูŽ ู‡ูŽุงุฏูู‰ูŽ ู„ูŽู‡ู ูˆูŽ ู†ูุตูŽู„ูู‘ู‰ ูˆูŽ ู†ูุณูŽู„ูู‘ู…ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุฑูŽุณููˆู’ู„ูู‡ู ุงู„ู’ูƒูŽุฑููŠู’ู…ู ูˆูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุขู„ูู‡ู ูˆูŽ ุตูŽุญู’ุจูู‡ู ุฃูŽุฌู’ู…ูŽุนููŠู’ู†ูŽ Selesai mengisi pengajian rutin di Masjid Al-Kautsar distrik Tanjung Sadari Selaka, saya didatangi dua anak adam utusan berpunca seorang tokoh salafi nan memberi hadiah sebuah pusat boncel bertajuk Shalat di Atas Sajadah Bidโ€™ah. Pada mukadimahnya, penulisnya memaparkan bahwa dewasa ini banyak manusia yang lain mencerna tuntunan kerumahtanggaan membangun sajadah. Ia sekali lagi menyoroti kekeliruan renovasi Masjid an-Nabawi nan berlantaikan pualam dan bertingkat, sehingga jamaah sujud bukan di bumi tetapi di atas keramik justru pada cor-coran lantai. Kemudian dengan bangganya ia membangun masjid seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah saw, minus keramik, tanpa sajadah, melainkan anggota sujud bisa nempel sekaligus pada dunia. Desain Zawiat an-Nabawi sreg tadinya pembangunannya dasarnya yaitu tanah biasa yang berpasir sehingga Ali kedelai Abi Thalib yang cangap tidur di masjid tanpa alas membuat jasadnya banyak tertempel pasir, maka ia dijuluki Rasulullah saw dengan Debu Turab bapaknya pasir. Dengan kondisi yang sedemikian rupa, maka hamba allah yang melaksanakan shalat boleh mengenakan rimba tungkai, apakah kasatmata sandal maupun sepatu stewel atau lainnya. Berbeda kalau telah dihampari perca hambal, ataupun musala, apakah mungkin seorang mengamalkan shalat dengan mengenakan alas tungkai? Sosok nan sedang shalat di masjid pula diperbolehkan meludah, bukan ke arah depan dan bukan pula ke jihat kanan, melain-kan ke sisi tungkai kirinya, lamun perilaku seperti mana itu dinilai sebuah kesalahan, namun kafaratnya tetapi menguburkannya ke bumi dengan kakinya, maka bebaslah ia semenjak kesalahan tersebut. Empat puluh kader Rasulullah saw enggak mungkin tidurnya tertampung di Sufah. Memang sebagian kader Utusan tuhan saw. merupakan santri kalong, sehingga momen tidur malam mereka pulang dan istirahat bersama keluarganya. Namun kebanyakannya, di samping dua sahabat Abu Hurairah dan Anas yang ditempatkan di tepas belakang rumah Rasulullah saw., mereka beristirahat di Sufah, dan itupun enggak mencukupi sehingga sebagaian mereka tidurnya di masjid. Pemberitaan dewasa ini, lantaran langgar sudah dihampari hambal atau sajadah atau lainnya, maka tidak mungkin lagi ditempati untuk tidur, bahkan ditemukan adanya pantangan persisten bagi tidur di musala, sebagai halnya ini jelas menyalahi hukum Islam. Sikap Sujud Dalam hadits shahih diterangkan bahwa bakal sujud memang cak semau tujuh anggota jasad yang harus diletakkan puas manjapada dengan mantap. Apalagi muka dan hidung, keduanya harus diletakkan dengan mantap puas bumi. Di antara haditsnya adalah sebagai berikut Hadits Anak lelaki Abbas ra ุนูŽู†ู’ ุงุจู’ู†ู ุนูŽุจูŽู‘ุงุณู ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ูู…ูŽุง ู‚ูŽุงู„ูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ุฃูู…ูุฑู’ู†ูŽุง ุฃูŽู†ู’ ู†ูŽุณู’ุฌูุฏูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุณูŽุจู’ุนูŽุฉู ุฃูŽุนู’ุธูู…ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ุฌูŽุจู’ู‡ูŽุฉู ูˆูŽุฃูŽุดูŽุงุฑูŽ ุจููŠูŽุฏูู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุฃูŽู†ู’ููู‡ู ูˆูŽุงู„ู’ูŠูŽุฏูŽูŠู’ู†ู, ูˆูŽุงู„ุฑูู‘ูƒู’ุจูŽุชูŽูŠู’ู†ู, ูˆูŽุฃูŽุทู’ุฑูŽุงูู ุงู„ู’ู‚ูŽุฏูŽู…ูŽูŠู’ู†ู, ูˆูŽู„ูŽุง ู†ูŽูƒู’ููุชูŽ ุซูŽูˆู’ุจู‹ุง ูˆูŽู„ูŽุง ุดูŽุนูŽุฑู‹ุง Dinarasikan Ibnu Abbas ra., Rasulullah saw. bersabda Kami diperintah sujud pada tujuh anggota badan Yaitu muka โ€“dan kamu mengisyaratkan hidungnya-, kedua punggung tangan, kedua lutut, dan ujung-ujung jejak kaki kaki. Kami dilarang mengunci pakian ataupun rambut. Hr. Bukhari 777, 779; Muslim 490; Tirmidzi 273; Nasai 1093, 1097; Anak laki-laki Majah 884; Ahmad 2658 Hadits Anak laki-laki Abbas ra ูˆูŽุนูŽู†ู’ ุงุจู’ู†ู ุนูŽุจูŽู‘ุงุณู ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ูู…ูŽุง ู‚ูŽุงู„ูŽ ุณูŽุฃูŽู„ูŽ ุฑูŽุฌูู„ูŒ ุงู„ู†ูŽู‘ุจููŠูŽู‘ ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ุนูŽู†ู’ ุดูŽูŠู’ุกู ู…ูู†ู’ ุฃูŽู…ู’ุฑู ุงู„ุตูŽู‘ู„ูŽุงุฉู ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ู„ูŽู‡ู ุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ุฅูุฐูŽุง ุชูŽูˆูŽุถูŽู‘ุฃุชูŽ ููŽุฎูŽู„ูู‘ู„ู’ ุฃูŽุตูŽุงุจูุนูŽ ูŠูŽุฏูŽูŠู’ูƒูŽ ูˆูŽุฑูุฌู’ู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูˆูŽูููŠ ุฑููˆูŽุงูŠูŽุฉู ุงุฌู’ุนูŽู„ู’ ุงู„ู’ู…ูŽุงุกูŽ ุจูŽูŠู’ู†ูŽ ุฃูŽุตูŽุงุจูุนู ูŠูŽุฏูŽูŠู’ูƒูŽ ูˆูŽุฑูุฌู’ู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูˆูŽุฅูุฐูŽุง ุฑูŽูƒูŽุนู’ุชูŽ ููŽุถูŽุนู’ ูƒูŽููŽู‘ูŠู’ูƒูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุฑููƒู’ุจูŽุชูŽูŠู’ูƒูŽ ุญูŽุชูŽู‘ู‰ ุชูŽุทู’ู…ูŽุฆูู†ูŽู‘, ูˆูŽุฅูุฐูŽุง ุณูŽุฌูŽุฏู’ุชูŽ ููŽุฃูŽู…ู’ูƒูู†ู’ ุฌูŽุจู’ู‡ูŽุชูŽูƒูŽ ู…ูู†ู’ ุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ุถู, ุญูŽุชูŽู‘ู‰ ุชูŽุฌูุฏูŽ ุญูŽุฌู’ู…ูŽ ุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ุถู Ibni Abbas ra. berkata Seorang menanya Nabi dalam masalah shalat Lalu Nabi saw. bersabda Jika sira wudhu, selah selahilah antar ganggang tangan dan kakimu. Dalam riwayat enggak Jadikan air pada jemari tangan dan kakimu Jika kamu rukuโ€™, maka letakkan kedua telapak tanganmu pada lutut sebatas tumakninah, dan jika sira sujud, maka letak-kan dahimu pada bumi dengan mantap, sehingga anda merasakan bilangan bumi. Hr. Hakim 648; Tirmidzi 39; Ibnu Majah 447; Ahmad 2604. Hadits Abbas bin Abdul Muthalib ra ูˆูŽุนูŽู†ู’ ุงู„ู’ุนูŽุจูŽู‘ุงุณู ุจู’ู†ู ุนูŽุจู’ุฏู ุงู„ู’ู…ูุทูŽู‘ู„ูุจู ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ู ู‚ูŽุงู„ูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ุฅูุฐูŽุง ุณูŽุฌูŽุฏูŽ ุงู„ู’ุนูŽุจู’ุฏู ุณูŽุฌูŽุฏูŽ ู…ูŽุนูŽู‡ู ุณูŽุจู’ุนูŽุฉู ุฃูŽุทู’ุฑูŽุงูู ูˆูŽูููŠ ุฑููˆูŽุงูŠูŽุฉู ุณูŽุจู’ุนูŽุฉู ุขุฑูŽุงุจู ูˆูŽุฌู’ู‡ูู‡ู, ูˆูŽูƒูŽููŽู‘ุงู‡ู, ูˆูŽุฑููƒู’ุจูŽุชูŽุงู‡ู, ูˆูŽู‚ูŽุฏูŽู…ูŽุงู‡ู Dinarasikan Abbas bin Abdul Muthalib ra., Rasulullah saw. berujar Takdirnya seorang sujud, maka sujudlah bersamanya tujuh ujung anggota tubuhnya. Yakni muka, kedua telapak tangan, kedua lutut dan kedua telapak kakinya. Hr. Mukmin 491; Duli Dawud 891; Tirmidzi 272; Nasai 1099 dan Ibnu Majah 885. Atsar Ibnu Umar ra ูˆูŽุนูŽู†ู’ ุงุจู’ู†ู ุนูู…ูŽุฑูŽ ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ูู…ูŽุง ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฅูู†ูŽู‘ ุงู„ู’ูŠูŽุฏูŽูŠู’ู†ู ุชูŽุณู’ุฌูุฏูŽุงู†ู ูƒูŽู…ูŽุง ูŠูŽุณู’ุฌูุฏู ุงู„ู’ูˆูŽุฌู’ู‡ู, ููŽุฅูุฐูŽุง ูˆูŽุถูŽุนูŽ ุฃูŽุญูŽุฏููƒูู…ู’ ูˆูŽุฌู’ู‡ูŽู‡ู ููŽู„ู’ูŠูŽุถูŽุนู’ ูŠูŽุฏูŽูŠู’ู‡ู, ูˆูŽุฅูุฐูŽุง ุฑูŽููŽุนูŽู‡ู ููŽู„ู’ูŠูŽุฑู’ููŽุนู’ู‡ูู…ูŽุง Ibnu Umar ra. berkata Sesungghnya kedua punggung tangan harus sujud sebagai-mana tampang. Maka jika seorang kalian meletakkan wajahnya, hendaklah sira pun letakkan kedua telapak tangannya. Seandainya mengangkatnya, maka angkatlah pula kedua bekas kaki tangannya. Hr. Serbuk Dawud 892; Nasai 1092; Ahmad 4501. Menurut salafi, internal pengejaran hadits tidak pernah ditemukan adanya sempurna berpangkal Rasulullah saw. alias ajaran beliau seseorang sujud di atas sajadah. Padahal hukum asal beribadah ialah haram, kecuali jika ada perintah. Shalat di Atas Hamparan Memang tidak ditemukan redaksi surau ataupun hambal dalam literatur hadits, karena kedua label itu serapan berpunca perkembangan teknologi. Namun ditemukan sejumlah hadits nan menggambarkan sujud plong beberapa hamparan, sebagai halnya tikar, keramik, sajadah kecil, cemping, sorban dan sebaginya. Yang dipersyaratkan adalah sucinya bekas shalat, tambahan pula diperbolehkan shalat di tempat kandang kambing, walaupun tidak diperkenankan mengamalkan shalat di tempat kandang unta. Karena semua mayapada Tuhan cukup dijadikan ajang shalat dan dijadikan alat kesucian, kecuali kancah-ajang nan telah dikhususkan oleh Rasulullah saw. Berikut ini hadits haditsnya Hadits Anas ra ูˆูŽุนูŽู†ู’ ุฃูŽู†ูŽุณู ุจู’ู†ู ู…ูŽุงู„ููƒู ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ู ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฏูŽุนูŽุชู’ ุฌูŽุฏูŽู‘ุชููŠ ู…ูู„ูŽูŠู’ูƒูŽุฉู ุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ู„ูุทูŽุนูŽุงู…ู ุตูŽู†ูŽุนูŽุชู’ู‡ู ู„ูŽู‡ูุŒ ููŽุฃูŽูƒูŽู„ูŽ ู…ูู†ู’ู‡ู ุซูู…ูŽู‘ ู‚ูŽุงู„ูŽ ู‚ููˆู…ููˆุง ููŽู„ุฃูุตูŽู„ูู‘ ุจููƒูู…ู’ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฃูŽู†ูŽุณูŒ ููŽู‚ูู…ู’ุชู ุฅูู„ูŽู‰ ุญูŽุตููŠุฑู ู„ูŽู†ูŽุง ู‚ูŽุฏู ุงุณู’ูˆูŽุฏูŽู‘ ู…ูู†ู’ ุทููˆู„ู ู…ูŽุง ู„ูŽุจูุซูŽ ููŽู†ูŽุถูŽุญู’ุชูู‡ู ุจูู…ูŽุงุกู ููŽู‚ูŽุงู…ูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ, ูˆูŽุตูŽููŽูู’ุชู ุฃูŽู†ูŽุง ูˆูŽุงู„ู’ูŠูŽุชููŠู…ู ูˆูŽุฑูŽุงุกูŽู‡ูุŒ ูˆูŽุงู„ู’ุนูŽุฌููˆุฒู ู…ูู†ู’ ูˆูŽุฑูŽุงุฆูู†ูŽุงุŒ ููŽุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ู„ูŽู†ูŽุง ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ุฑูŽูƒู’ุนูŽุชูŽูŠู’ู†ู ุซูู…ูŽู‘ ุงู†ู’ุตูŽุฑูŽููŽ Anas bin Malik ra. berkata Nenekku Mulaikah mengundang Nabi saw dalam suatu jamuan makan cak bagi ia. Lewat Utusan tuhan saw. datang menikmatinya tinggal mengomong Berdirilah aku akan shalat bersama kalian Anas mengomong Akupun shalat di atas kasah kami nan sudah berkerumun karena usangnya lalu aku menyiramnya Lalu Rasulullah saw. berdiri mengimami kami sementara itu kami bersama anak yatim di belakangnya, sementara nenekku kreatif di shaf pantat kami. Lalu Rasul saw. shalat dua rakaat dulu menyingkir. HR Bukhari 373, 822; Mukminat 658; Duli Dawud 612; Tirmidzi 234; Nasai 801; Ahmad 12362. ูˆูŽุนูŽู†ู’ ุฃูŽู†ูŽุณู ุจู’ู†ู ู…ูŽุงู„ููƒู ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ู ู‚ูŽุงู„ูŽ ุตูŽู†ูŽุนูŽ ุจูŽุนู’ุถู ุนูู…ููˆู…ูŽุชููŠ ู„ูู„ู†ูŽู‘ุจููŠูู‘ ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ุทูŽุนูŽุงู…ู‹ุงุŒ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ู„ูู„ู†ูŽู‘ุจููŠูู‘ ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ุฅูู†ูู‘ูŠ ุฃูุญูุจูู‘ ุฃูŽู†ู’ ุชูŽุฃูƒูู„ูŽ ูููŠ ุจูŽูŠู’ุชููŠ ูˆูŽุชูุตูŽู„ูู‘ูŠูŽ ูููŠู‡ูุŒ ู‚ูŽุงู„ูŽ ููŽุฃูŽุชูŽุงู‡ู ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ูˆูŽูููŠ ุงู„ู’ุจูŽูŠู’ุชู ููŽุญู’ู„ูŒ ู…ูู†ู’ ู‡ูŽุฐูู‡ู ุงู„ู’ููุญููˆู„ู ููŽุฃูŽู…ูŽุฑูŽ ุจูู†ูŽุงุญููŠูŽุฉู ู…ูู†ู’ู‡ู ููŽูƒูู†ูุณูŽ ูˆูŽุฑูุดูŽู‘ุŒ ููŽุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ูˆูŽุตูŽู„ูŽู‘ูŠู’ู†ูŽุง ู…ูŽุนูŽู‡ู Hadits Anas ra Anas kedelai Malik ra. bersabda Sebagian nenekku membuatkan hidangan makan lakukan Rasulullah saw Lalu kamu berkAta kepada Nabi Sememangnya aku doyan takdirnya empunya bersantap di rumahku dan shalat padanya. Sangat Utusan tuhan saw mendatanginya di rumah yang bertikar gumal. Adv amat Nabi saw. menyuruh agar salah satu sudut tikarnya itu dibersihkan, silam anda dan kami shalat berombongan di kancah itu. HR Ibnu Hibban 5295; Ibnu Majah 756; Ahmad 12325; Ibnu Abi Syaibah 4025. Hadits Anas ra ุฃูŽู†ูŽุณู ุจู’ู†ู ู…ูŽุงู„ููƒู ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ู ู‚ูŽุงู„ูŽ ูƒูŽุงู†ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ูŠูŽุฒููˆุฑู ุฃูู…ูŽู‘ ุณูู„ูŽูŠู’ู…ูุŒ ููŽุชูุฏู’ุฑููƒูู‡ู ุงู„ุตูŽู‘ู„ูŽุงุฉู ุฃูŽุญู’ูŠูŽุงู†ู‹ุงุŒ ููŽูŠูุตูŽู„ูู‘ูŠ ุนูŽู„ูŽู‰ ุจูุณูŽุงุทู ู„ูŽู†ูŽุงุŒ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุญูŽุตููŠุฑูŒ ู†ูŽู†ู’ุถูŽุญูู‡ู ุจูุงู„ู’ู…ูŽุงุกู Anas bin Malik ra berujar Rasulullah saw memfokus flat Umu Sulaim, yang kadang bersamaan periode shalat. Lalu beliau shalat sreg keramik, konkret lampit yang telah kami sucikan. Hr. Abu Dawud 658. Hadits Anas ra ูˆูŽุนูŽู†ู’ ุฃูŽู†ูŽุณู ุจู’ู†ู ู…ูŽุงู„ููƒู ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ู ู‚ูŽุงู„ูŽ ูƒูู†ูŽู‘ุง ู†ูุตูŽู„ูู‘ูŠ ู…ูŽุนูŽ ุงู„ู†ูŽู‘ุจููŠูู‘ ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ูููŠ ุดูุฏูŽู‘ุฉู ุงู„ู’ุญูŽุฑูู‘ุŒ ููŽุฅูุฐูŽุง ู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุณู’ุชูŽุทูุนู’ ุฃูŽุญูŽุฏูู†ูŽุง ุฃูŽู†ู’ ูŠูู…ูŽูƒูู‘ู†ูŽ ูˆูŽุฌู’ู‡ูŽู‡ู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ุถูุŒ ุจูŽุณูŽุทูŽ ุซูŽูˆู’ุจูŽู‡ู ููŽุณูŽุฌูŽุฏูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู Anas polong Malikr ra. bersuara Kami shalat berjamaah bersama Rasulullah saw. pada saat seronok nan sangat runyam. Seandainya sendiri di antara kami tidak berlimpah meletakkan wajahnya ke marcapada โ€“lantaran seronok-, maka ia membeberkan kain pakaiannya lalu sujud padanya. HR Bukhari 1150; Muslim 620; Abu Dawud 660; Ibni Majah 1033. Hadits Anas ra ุนูŽู†ู’ ุฃูŽู†ูŽุณู ุจู’ู†ู ู…ูŽุงู„ููƒูุŒ ู‚ูŽุงู„ูŽ ูƒูŽุงู†ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ุฃูŽุญู’ุณูŽู†ูŽ ุงู„ู†ูŽู‘ุงุณู ุฎูู„ูู‚ู‹ุงุŒ ููŽุฑูุจูŽู‘ู…ูŽุง ุชูŽุญู’ุถูุฑู ุงู„ุตูŽู‘ู„ูŽุงุฉู ูˆูŽู‡ููˆูŽ ูููŠ ุจูŽูŠู’ุชูู†ูŽุงุŒ ููŽูŠูŽุฃู’ู…ูุฑู ุจูุงู„ู’ุจูุณูŽุงุทู ุงู„ูŽู‘ุฐููŠ ุชูŽุญู’ุชูŽู‡ู ููŽูŠููƒู’ู†ูŽุณูุŒ ุซูู…ูŽู‘ ูŠูู†ู’ุถูŽุญูุŒ ุซูู…ูŽู‘ ูŠูŽุคูู…ูู‘ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽุŒ ูˆูŽู†ูŽู‚ููˆู…ู ุฎูŽู„ู’ููŽู‡ู ููŽูŠูุตูŽู„ูู‘ูŠ ุจูู†ูŽุงุŒ ูˆูŽูƒูŽุงู†ูŽ ุจูุณูŽุงุทูู‡ูู…ู’ ู…ูู†ู’ ุฌูŽุฑููŠุฏู ุงู„ู†ูŽู‘ุฎู’ู„ู Anas kacang Malik ra. berkata Rasulullah saw. ialah suri teladan yang baik dalam budi pekerti-nya. Kadang masuk waktu shalat di rumah kami, beliau memerintah membeberkan hamparan lalu dibersihkan dan diperciki, dan beliau mengimami kami. Hamparan itu terbuat dari tulang daun patera kurma. HR Mukminat 659. Hadits Maimunah ra ุนูŽู†ู’ ู…ูŽูŠู’ู…ููˆู†ูŽุฉูŽ ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ูŽุง ุฒูŽูˆู’ุฌู ุงู„ู†ูŽู‘ุจููŠูู‘ ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽุชู’ ูƒูŽุงู†ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ูŠูุตูŽู„ูู‘ูŠ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ุฎูู…ู’ุฑูŽุฉู Maimunah โ€“istri Nabi berkata Rasulullah saw. shalat pada sajadah kecil. HR Bukhari 374; Mukminat 513; Tirmidzi 331; Nasai 738. Hadits Abu Saโ€™id al-Khudri ra ูˆูŽุนูŽู†ู’ ุฃูŽุจููŠ ุณูŽุนููŠุฏู ุงู„ู’ุฎูุฏู’ุฑููŠูู‘ ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ู ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฏูŽุฎูŽู„ู’ุชู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู†ูŽู‘ุจููŠูู‘ ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ, ููŽุฑูŽุฃูŽูŠู’ุชูู‡ู ูŠูุตูŽู„ูู‘ูŠ ุนูŽู„ูŽู‰ ุญูŽุตููŠุฑู ูŠูŽุณู’ุฌูุฏู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู Abu Saโ€™id al-Khudri ra. bertutur Aku men-jumpai Rasulullah saw. dan aku menyaksikan kamu shalat di atas tikar dan sujud padanya. HR Mukmin 519; Tirmidzi 332; Ibnu Majah 1029; Ahmad 11507. Hadits Jabir kedelai Abdullah ra ูˆูŽุนูŽู†ู’ ุฌูŽุงุจูุฑู ุจู’ู†ู ุนูŽุจู’ุฏู ุงู„ู„ู‡ู ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ูู…ูŽุง ู‚ูŽุงู„ูŽ ูƒูู†ูŽู‘ุง ู†ูุตูŽู„ูู‘ูŠ ู…ูŽุนูŽ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ุงู„ุธูู‘ู‡ู’ุฑูŽ, ููŽุขุฎูุฐู ู‚ูŽุจู’ุถูŽุฉู‹ ู…ูู†ู’ ุญูŽุตู‹ู‰ ูููŠ ูƒูŽููู‘ูŠ ุฃูุจูŽุฑูู‘ุฏูู‡ู, ุซูู…ูŽู‘ ุฃูุญูŽูˆูู‘ู„ูู‡ูŽุง ูููŠ ูƒูŽููู‘ูŠ ุงู„ู’ุขุฎูŽุฑู, ููŽุฅูุฐูŽุง ุณูŽุฌูŽุฏู’ุชู ูˆูŽุถูŽุนู’ุชูู‡ู ู„ูุฌูŽุจู’ู‡ูŽุชููŠ ู…ูู†ู’ ุดูุฏูŽู‘ุฉู ุงู„ู’ุญูŽุฑูู‘ Jabir bin Abdullah ra. berkata Kami shalat Dzuhur berombongan bersama Rasulullah saw. Lalu aku menjeput segenggam kerikil pada jejak kaki tanganku lakukan menyurutkan, lewat aku pindahkan ke telapak tangan lainnya. Jika sujud aku meletakkannya pada dahiku lantaran teriknya panas. HR Abu Dawud 399; Nasai 1081; Ahmad 14546. Arnauth memonten sanadnya hasan. Atsar Hasan Basri ูˆุนูŽู†ู ุงู„ู’ุญูŽุณูŽู†ู ุงู„ุจูŽุตู’ุฑููŠ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฅูู†ูŽู‘ ุฃูŽุตู’ุญูŽุงุจูŽ ุงู„ู†ูŽู‘ุจููŠูู‘ ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ูŠูŽุณู’ุฌูุฏููˆู†ูŽ ูˆูŽุฃูŽูŠู’ุฏููŠู‡ูู…ู’ ูููŠ ุซููŠูŽุงุจูู‡ูู…ู’ุŒ ูˆูŽูŠูŽุณู’ุฌูุฏู ุงู„ุฑูŽู‘ุฌูู„ู ู…ูู†ู’ู‡ูู…ู’ ุนูŽู„ูŽู‰ ุนูู…ูŽุงู…ูŽุชูู‡ู Hasan Basri berkata Para sahabat Rasulullah saw. sujud dan tangan mereka plong kainnya, dan ada hamba allah yang sujud pada sorbannya. HR Bukhari secara mualaq pada hadits 4813; Baihaqi 2498; Anak lelaki Abi Syaibah 2754. Abdurrazaq 1566. Analisis Dari gambaran hadits-hadits di atas ditemu-kan ternyata Rasulullah saw. dan salafu saleh shalat memperalat bermacam-macam hamparan. Seperti tikar, ketika tampak kumuh maka disapu dan diperciki air tambahan pula dahulu. Ada kalanya mereka sujud sreg sorban maupun kain yang dimungkinkan karena sinar terlalu seksi sehingga para sahabat tidak dapat menahan panasnya. Bahkan Rasulullah SAW seorang lagi memberi acuan bolehnya shalat di atas hamparan. Dalam riwayat Maimunah istri Nabi SAW bahwa Rasulullah SAW shalat pada humrah, yang biasanya diterjemahkan sajadah kecil. Demikian pula pada riwayat Aisyah yang diperintah Nabi saw. buat mempersiapkannya bak tempat shalat. Akan halnya munculnya pemali tidur di musala, atau shalat memperalat rimba kaki maupun meludah dan sebagainya, hal ini dikarenakan kondisi masjid tidak lagi seperti tempo habis, maka sebuah hukum bisa berubah saat adanya pertukaran kondisi. Dan biarpun masjid telah dihampari sajadah ataupun karpet atau hambal, maka sesungguh-nya sendiri yang sedang shalat masih bisa meludah sedarun shalat dengan cara yang sedemikian rupa, misalnya meludah pada tisu atau cemping lalu menyimpannya dan membuangnya setalah shalat. Gubahan Akhir Sekiranya yang dimaksud anggota sujud harus menempel puas bumi bukan boleh terserah sajadah yang menghalanginya, tentunya kedua lutut pula tidak boleh ada yang menghalanginya dengan reja sarung atau celana maupun lainnya. Semestinya sreg kedua lutut itu diberi lobang sedemikian rupa sehingga dapat menempel kontan puas manjapada. Mungkinkah kejadian seperti ini dilakukan? Sebab mandu sama dengan itu harus dilaksanakan baik makanya pria maupun perempuan? Bahkan seorang boleh shalat dengan menggunakan kaos kaki alias sepatu stewel. Apakah mereka harus melepasnya ketika sungkem seharusnya kedua jejak kaki kakinya dapat berapatan langsung puas bumi? * Penyunting Mohammad Nurfatoni Kata sandang ini mungkin pertama dimuat makanya majalah Matan, dengan tajuk steril Shalat Bersajadah, Bidโ€™ahkah?
๏ปฟJangankhawatir, shalat hajat tidak sama dengan shalat Tahajjud yang sebagian besar ulama berpendapat bahwa harus tidur dahulu. Artikel saya di atas telah jelas saya menulis bahwa shalat hajat saya lakukan tepat setelah shalat Isya, atau shalat badiyyah Isya, bahkan masih sekitar pukul 8 malam. ๐Ÿ™‚. Wallaahu A'lam. Terima kasih.

Assalamualaikum!~ Biasa nampak kertas notis/peringatan/amaran/cadangan yang lebih kurang seperti ini tertepek di dinding surau opis anda atau di masjid?? Tidur di dalam surau/masjid telah dimasukkan sebagai larangan yang 'termaktub' dalam peraturan dan adab ketika di masjid/surau. Tahukah anda? Tidur di dalam masjid/surau adalah termasuk dalam sunnah Nabi sekadar gambar hiasan Berdasarkan hadis Abdullah bin Zaid Al-Mazini ุฃู†ู‡ ุฑูŽุฃูŽู‰ ุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ูููŠ ุงู„ู’ู…ูŽุณู’ุฌูุฏู ู…ูุณู’ุชูŽู„ู’ู‚ููŠู‹ุง ูˆูŽุงุถูุนู‹ุง ุฅูุญู’ุฏูŽู‰ ุฑูุฌู’ู„ูŽูŠู’ู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ุฃูุฎู’ุฑูŽู‰ โ€œBahawa dia pernah melihat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tidur terlentang di dalam masjid sambil meletakkan salah satu kaki beliau di atas kaki lainnya.โ€ Diriwayatkan oleh Al-Bukhari 1/446 10/328 11/68 dan dalam Al-Adab Al-Mufrad 172, Muslim 6/154, Malik 1/186 serta Abu Daud 2/297 dan An-Nasai 1/118 dari jalannya, Muhammad dalam kitabnya Muwaththa` 398, At-Tirmizi 2/127 -cet. Bulaq, Ad-Darimi 2/282, Ath-Thayalisi hal. 148 no. 1101, dan Ahmad 4/38, 39, 40 dari beberapa jalan dari Az-Zuhri dia berkata Abbad bin Tamim mengabarkan kepadaku dari pamannya Abdullah bin Zaid, pent. dengan lafazh di atas. At-Tirmizi berkata, โ€œHadits hasan shahih.โ€ Hadis ini mempunyai pendukung dari hadis Abu Hurairah dan dinyatakan shahih oleh Ibnu Hibban sebagaimana dalam Al-Fath 11/68. Hadis ini adalah dalil dari apa yang disebutkan bahawa bolehnya tidur terlentang di dalam masjid. Al-Hafizh berkata dalam Al-Fath, โ€œKelihatannya, perbuatan Baginda tidur di dalam masjid adalah dibenarkan. Maka dengan itu, Baginda lakukan pada waktu Baginda beristirahat sendirian, bukan di hadapan banyak orang, kerana sudah menjadi kebiasaan yang diketahui dari Baginda bahwa Baginda selalu duduk-duduk bersama mereka dengan sikap rendah hati yang sempurna." Maka, telah jelas bahawa tidur di dalam masijd/surau terutama bagi musafir tidaklah menjadi kesalahan malah ia merupakan sunnah Nabi, yang mana jika dibuat dapat pahala sunnahnya. TETAPI... Jangan sampai terlajak tidur - masalah utama bila dah lena sangat ialah bila kita tidur lama dari yang sepatutnya. Kadang-kadang sampai berjam-jam lamanya. Bagi tempat dan ruang yang luas mungkin ia tak menjadi masalah. Jangan sampai tinggal solat - ada orang berehat iktikaf sementara di surau/masjid sementara menunggu tiba waktu solat. Namun begitu, tidur sehingga terlepas waktu solat bukan suatu tabiat yang baik. Jangan guna sejadah untuk tidur - memang sudah menjadi tabiat, masuk masjid/surau capai sejadah 2/3 helai buat bantal pastu krohhh krohhh. Bila bangun, simpan balik. Kawan datang nak solat bentang sejadah tadi, tup tup bila time sujud terasa basah kat tempat sujud....ghupernye ailio 'bergenang' baekkk punye! Kan dah jadi najis tu...nyaknyer aniaya ke kawan tu. Jangan bermalas-malasan - bermakna tidur yang bermalas-malasan. Datang surau/masjid bukan nak solat tapi sekadar nak tidur. Jagalah adab, kesopanan & ketatasusilaan - nak tidur pun ada adabnya, nak dapat pahala sunnah ikutlah cara tidur Nabi seperti dalam hadis di atas. Jangan plak tidur terkangkang dan terselak kain sehingga menampakkan aurat. Tidur di ruang yang tidak menganggu orang lain untuk solat. Jangan plak pi tidur kat tempat imam nak solat! Sesetengah orang menganggap tidur di dalam masjid/surau memberikan 'pemandangan' yang tidak enak dipandang. Justeru, kebanyakan peraturan dan adab di dalam surau menegaskan larangan tidur dalam masjid/surau ni. Namun. ia tidak seharusnya dijadikan sebagai larangan mutlak kerana telah dijelaskan dalam hadis di atas. Adab tidur di dalam masjid merupakan sunnah Nabi yang boleh kita ikuti, diiringi dengan adab dan perlakuan yang baik/sopan. Perlakuan ini disebut sebagai IKTIKAF. Maka, bolehlah untuk niat iktikaf semasa masuk masjid/surau. Kalau niat iktikaf tidur pun dapat pahala selagi tidak melanggar adab dan kesopanan di atas. Aperpun, semoga pencerahan ini dapat 'meleraikan' kekeliruan yang selama ini kita ragui akan kebenarannya. So, lepas ni harapnya kita tak ragu lagi. Wallahualam~ P/S Kalau ada point yang perlu ditambah di atas, jangan segan2 bagitahu Kenit ye. Boleh Kenit improvise lagi note di atas ^_^.

Kalaudia shalat di atas sajadah hasil curian, maka shalatnya bertentangan dengan hikmah di atas. Oleh karena itu, meski syarat dan rukun shalat telah terpenuhi namun shalatnya dianggap tidak sah. Prof Nadirsyah menilai, jawaban kelompok pertama adalah jawaban ahli fikih yang formalistik, yang melulu melihat aspek legal-formal.

Bagi kamu yang memang rajin ke masjid, Alhamdulillah, mungkin saja kamu akan menemukan adanya larangan tidur di atas karpet masjid. Kamu bakal lihat ada pengumuman berbentuk kertas di masjid kampungmu atau di tempat lain, waktu kamu rihlah. Ini istilah untuk orang yang berwisata atau piknik, sekaligus nama tengah anak saya. Heheheโ€ฆSebenarnya apa sih yang jadi alasan kok kita tidak boleh tidur di atas karpet masjid? Alasan berikut ini bisa membuat kamu tercengang. Pertama, air liur manusia itu najis. Ini pernah dikatakan oleh salah seorang tokoh masyarakat di kampung saya dulu. Ngeces, begitu istilah Bahasa Jawanya. Ketika tidur di atas karpet masjid, lalu ngiler, maka dikhawatirkan bisa menetes, merembes dan bikin najis, begitu yang namanya najis itu biasanya keluar dari lubang kemaluan dan di belakangnya. Kencing, madzi, wadi, darah haid, itu jelas termasuk. Kotoran manusia yang diistilahkan dengan BAB diketahui, tidak ada keterangan atau dalil yang tegas menyatakan bahwa air liur manusia itu najis. Dari zatnya, air liur itu seperti ingus dan dahak, atau semacamnya. Jika terkena baju, tidak wajib dicuci. Boleh sih dicuci jika terasa bau dan air liur yang najis itu seperti apa? Kalau yang kamu tanyakan semacam itu, maka air liur yang haram adalah yang dipakai buat ghibah, gosip, atau ngomongin orang. Dalam perbuatan yang lain, contohnya mengadu domba. Bikin perpecahan hubungan saja. Atau, air liur itu dipakai buat meludahi orang karena anak-anak nakal. Wah, ada satu masjid yang jadi tempat nongkrong beberapa anak SMK! Sebenarnya bagus juga ya remaja dekat dengan masjid. Namun rupanya ke masjid tersebut digunakan hanya buat tidur. Dan, kalau sudah tidur, lagi hari kiamat pun, sepertinya tidak akan bangun. Susah sekali dibangunkan. Padahal, yang tidur itu adalah teman-teman dari si anak keluarga yang membangun masjid saat itu, muncul larangan tidur di atas masjid, agar anak-anak itu tidak lagi tidur di karpet atau agar tidak datang lagi?. Ketika saya di situ, habis salat Dzuhur misalnya, ingin sekadar rebahan siang, tidak enak juga, mau tidur di karpetnya yang lumayan empuk. Ternyata, memang saya hindari juga karena banyak semut di karpet tersebut. Walahโ€ฆSebenarnya Masjid Itu Punya Siapa Sih?Kalau kita berpikir, karpet masjid itu dibeli dari siapa? Apakah dari pengurus masjidnya? Atau dari jamaahnya? Terus, kok sampai muncul larangan tidur di masjid?Boleh dikata, pengurus masjidnya tidak mau repot membersihkan. Padahal, apa sih yang ditakutkan dari orang yang tidur di masjid? Keluar liur karena ngiler, kan sudah dibilang tidak najis, tinggal di lap saja. Keringat dari punggungnya? Bukannya nanti akan kering sendiri? Apalagi? Mengompol? Jaranglah, orang dewasa ngompol di masjid. Toh, tadi sebelum salat, biasanya juga sudah kencing atau mungkin jika tidak ada larangan itu, akan ada banyak orang tidur, terus seperti bergelimpangan begitu? Macam korban musibah? Ketika ada orang mau salat jadi terganggu? Kalau ini sih, gampang saja solusinya. Misal, ada yang masbuk atau terlambat sholat, tinggal dibangunkan saja orang yang tidur di depannya. Insya Allah, pastilah, orang itu mau mengerti dan pindah karpet masjid itu dibeli dari infaq umat, maka fungsinya juga dikembalikan ke umat dong! Perlu diingat pula bahwa orang yang rebahan di karpet itu tidak selalu pikirannya kosong. Mungkin saja dia sedang berdzikir, atau murojaah ayat-ayat Al-Qurโ€™an yang dihafalnya. Bisa jadi merancang strategi agar bisa mengumpulkan uang panaik demi mendapatkan istri yang sholihah. Banyak yang bisa dilakukan pikiran waktu berbaring, kan?Keterbukaan MasjidSebuah masjid di kota tempat paman saya tinggal, malah tidak cuma larangan tidur di karpet, tetapi habis salat Isya, dikunci pintunya. Belum juga tengah malam, sudah ditinggal saja, tanpa bisa dibuka. Otomatis, yang musafir tidak bisa memanfaatkan masjid itu, meskipun terlihat indah di itu memang sebuah bangunan yang ditujukan untuk publik, meski lebih khusus lagi adalah umat Islam. Semua muslimin boleh masuk, baik itu dari NU, Muhammadiyah, Wahdah Islamiyah, Persis, FPI, atau apa pun organisasinya. Bukankah sejatinya masjid itu adalah rumah Allah? Pemiliknya adalah Allah Subhanahu Wa Taโ€™ala. Ada yang bisa menyangkal hal ini?Nah, karena yang punya adalah Allah, maka carikan dong larangan tidur di masjid! Ada, apa tidak ada? Jika memang tidak ada, lalu buat apa diada-adakan larangan itu? Atau karena tidak boleh tidur di karpet masjid, lalu mesti bawa karpet sendiri? Repotnya mi! Khas bahasa Bugis.Seandainya larangan itu tegas diterapkan, maka bagaimana dengan orang yang iโ€™tikaf pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadan? Mesti duduk terus begitu ya? Kalau mau istirahat, harus tetap duduk sambil bersandar di dinding, begitu?Yah, patut diduga sih, orang yang melarang tidur di karpet masjid itu jarang atau tidak pernah iโ€™tikaf di masjid. Selesai salat, langsung pulang ke rumahnya. Sepuluh malam terakhir di bulan Ramadan juga tidak dihidupkannya, karena memang sedang berada di musafir singgah salat, mau berbaring sebentar, membaca larangan tidur di masjid, terus tidak jadi, maka solusinya adalah numpang tidur saja di rumah pengurus masjid yang bikin larangan itu. Beres kan? Yang dilarang kan tidur di masjid. Kalau dilarang tidur di rumah si pengurus, mana coba tulisannya?BACA JUGA Cerita Diusir dari Masjid dan Misteri Skenario Allah Swt atau tulisan Rizky Kurnia Rahman Mojok merupakan platform User Generated Content UGC untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini diperbarui pada 7 Januari 2020 oleh Audian Laili
Denganberbagai keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa tertidur saat duduk atau tidur yang sedikit dan tidak menyeluruh saat posisi duduk adalah tidak membatalkan wudhu. Jadi tidak usah khawatir ketika teridur saat berdzikir atau membaca Al Qur'an yang terbangun saat iqamah dikumandangkan. Sebab bisa langsung untuk menunaikan salat, tanpa

Merupakan sebuah kenikmatan bagi kita ketika tetap ingat untuk tetap melaksanakan shalat walau sedang untuk shalat biasanya dapat menghilangkan kantuk sejenak. Tetapi, selesai berdoa setelah salam, godaan tidur kembali bagi kaum hawa yang mengenakan mukena, memberi rasa hangat dan nyaman yang dari kaum hawa yang terlalu letih akan tertidur atau menyegerakan tidur di atas sajadah sementara mukena masih paling ditakutkan saat tidur mengenakan mukena adalah menetesnya air liur membasahi liur yang mengering biasanya membuat aroma mukena menjadi tidak juga dari kita yang masih ragu hukum tetesan air liur. Lantas bagaimana Islam memandang air liur dan tidur memakai mukena?1. Berdasarkan Hukum Fiqh Air LiurAir liur adalah salah satu air yang keluar dari tubuh yang asal hukumnya lainnya adalah air mata dan keringat. Sedangkan kencing, darah, dan kotoran lainnya dihukumi sebagai najis, bahkan dalam tataran haidh disebut hukum air liur dalam Sunan Ibnu Majah adalah sebagai ุงู„ู†ูŽู‘ุจููŠูŽู‘ ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ุญูŽุงู…ูู„ูŽ ุงู„ู’ุญูŽุณูŽู†ูŽ ุจู’ู†ูŽ ุนูŽู„ููŠูู‘ ุนูŽู„ูŽู‰ ุนูŽุงุชูู‚ูู‡ูุŒ ูˆูŽู„ูุนูŽุงุจูู‡ู ูŠูŽุณููŠู„ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡โ€œAku melihat Rasulullah shallallahu alaihi wa ala alihi wasallam menggendong Husain bin Ali di atas pundak beliau, dan air liur Husain menetes mengenai beliau.โ€ Hadis ini diriwayatkan Ibn Majah 658 dan dishahihkan al-Albani, juga disebutkan oleh Imam Ahmad no. 9779 dalam Musnadnya dan dishahihkan Syuaib al-ArnauthKarena Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam membiarkan air liur Husain menetesi baju beliau, maka hadits ini mengisyaratkan bahwa air liur itu suci, tidak ini, dilansir dari Konsultasi Syariah, diperjelas dengan pendapat seorang ulama,Liur, keringat, air mata, atau cairan yang keluar dari hidung, semuanya suci. Inilah hukum asal. Sementara kencing, kotoran, dan setiap yang keluar dari dua jalan, statusnya najis. Liur yang keluar dari seseorang ketika dia tidur, termasuk benda suci, sebagaimana ingus, dahak atau semacamnya. Karena itu, tidak wajib bagi seseorang untuk mencucinya atau mencuci baju yang terkena liur.[al-Muntaqa min Fatawa al-Fauzan, 5/10].Lantas, apakah hukumnya tidur mengenakan mukena, sementara air liur tidak najis?2. Berdasarkan Anjuran menyucikan DiriDari kumpulan syarat sah shalat, salah satunya ada โ€œMembersihkan dan mensucikan tempat dan pakaian dari hadats dan najisโ€.Sesuai dengan firman Allah,ูˆูŽุซููŠูŽุงุจูŽูƒูŽ ููŽุทูŽู‡ูู‘ุฑู’โ€œDan Pakaianmu bersihkanlah.โ€ Al-Muddatstsir 4Dan sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallamุฅูุฐูŽุง ุฌูŽุงุกูŽ ุฃูŽุญูŽุฏููƒูู…ู ุงู„ู’ู…ูŽุณู’ุฌูุฏูŽุŒ ููŽู„ู’ูŠูู‚ูŽู„ูู‘ุจู’ ู†ูŽุนู’ู„ูŽูŠู’ู‡ูุŒ ูˆูŽู„ููŠูŽู†ู’ุธูุฑู’ ูููŠู’ู‡ูู…ูŽุง ููŽุฅูู†ู’ ุฑูŽุฃูŽู‰ ุฎูŽุจูŽุซู‹ุงุŒ ููŽู„ู’ูŠูŽู…ู’ุณูŽุญู’ู‡ู ุจูุงู’ู„ุฃูŽุฑู’ุถู ุซูู…ูŽู‘ ู„ููŠูุตูŽู„ูู‘ ูููŠู’ู‡ูู…ูŽุง.โ€œJika salah seorang di antara kalian mendatangi masjid, maka hendaklah ia membalik sandal dan melihatnya. Jika ia melihat najis, maka hendaklah ia menggosokkannya dengan tanah. Kemudian hendaklah ia shalat dengannya.โ€œAir liur bukan najis, tapi ada baiknya untuk mempersembahkan diri dalam kondisi terbaik, salah satunya dengan mengenakan pakaian terbaik saat akan menghadap Allah, Rabb semesta air liur yang bau akan mengganggu konsentrasi saat menunaikan baiknya untuk mengurangi pemecah konsentrasi yang sederhana seperti ini untuk melaksanakan shalat dengan dari itu, sebaiknya hindari tidur mengenakan mukena agar mukena Anda tetap bersih dan suci.

ApakahAir Liur & Bulu Kucing Itu Najis? Simak Penjelasan Ustaz Abdul Somad & Buya Yahya Berikut. TRIBUNPALU.COM - Kucing menjadi hewan peliharaan yangs ering dijumpai di lingkungan sekitar.. Tak jarang juga kucing peliharaan berada di tempat-tempat khusus, misalnya saja tidur di atas sajadah salat. BOLEHKAH MENGGUNAKAN SAJADAH BERGAMBAR KAโ€™BAH Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah Penanya Sebagian manusia mengatakan bahwa tidak boleh duduk di sajadah, karena padanya terdapat gambar Kaโ€™bah. Apakah pernyataan tersebut benar? Asy-Syaikh Hal ini tidak masalah, jadi tidak mengapa bagimu untuk meletakkan sajadah dan duduk di atasnya, walaupun padanya terdapat gambar Kaโ€™bah atau gambar makam Nabi shallallahu alaihi was sallam. Karena orang yang duduk di atasnya tidak bermaksud untuk menghinakan Kaโ€™bah atau makam Nabi shallallahu alaihi was sallam. Dan yang terdapat pada sajadah tersebut hakekatnya bukanlah Kaโ€™bah atau makam Nabi shallallahu alaihi was sallam yang sesungguhnya. Sumber artikel Fataawa Nuurun Alad Darb, 11/105 no. 5662 * Alih bahasa Abu Almass Jumโ€™at, 18 Jumaadats Tsaniyah 1435 H Jawabanpemuda dalam mimpi tersebut membuatnya terbangun dari mimpinya. Ia tidak lagi sedih, justru bahagia, karena telah menjadi jalan bagi pemuda itu memperoleh derajad syahid di sisi Allah SWT. Demikian kisah seorang pemuda yang syahid di atas sajadah. Semoga kisah pemuda yang syahid di atas sajadah ini dapat dipahami hikmahnya. Tidur di atas Sajadah, Pantangan Posted July 19, 2018 Written by Tidur di atas sajadah merupakan salah satu pantangan dalam masyarakat Betawi. Jika seseorang tidur di atas sajadah, kelak perutnya akan sakit atau pantatnya bisulan. Maksud dan tujuan larangan tersebut karena sajadah merupakan alas untuk Shalat, dan syarat utama melakukan Shalat adalah bersih dan suci. Jika seseorang tidur di atas sajadah, dikhawatirkan akan mengotori sajadah tersebut dengan air liur atau kotoran di badan lainnya. .
  • 48frvgghst.pages.dev/323
  • 48frvgghst.pages.dev/136
  • 48frvgghst.pages.dev/57
  • 48frvgghst.pages.dev/231
  • 48frvgghst.pages.dev/41
  • 48frvgghst.pages.dev/7
  • 48frvgghst.pages.dev/75
  • 48frvgghst.pages.dev/257
  • 48frvgghst.pages.dev/300
  • bolehkah tidur di atas sajadah